Senja itu di salah satu pasar kota Padang…..
aktivitas pasar sudah mulai berangsur sepi. Beberapa pedagang sudah bersiap mengangkat dan menutup dagangan mereka. Hanya beberapa pedagang saja yang masih tetap buka. Maklum, kota Padang, kota kecil yang tidak seperti kota lain dengan hingar bingar 24 jam non stop . Kalaupun ada warga Yang tetap menggelar dagangannya, hanyalah beberapa pedagang kaki lima yang menjual pakaian, VCD bajakan dan buah-buahan yang memang lokasinya dilewati orang-orang yang bergegas meninggalkan penatnya hari itu agar bisa berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga tercinta..
Bila kita menukikkan pandangan ke ujung sudut pasar akan terlihat beberapa orang dengan pakaian khas yang sudah agak kumal dilengkapi dengan pluit seadanya. ya, itulah tukang parkir yang siap sedia membantu kerapian parkir di pasar tersebut. Cukup berhenti saja mereka dengan cekatan membantu mengarahkan kendaraan kita dengan sopan, sabar dan telaten.
berprofesi sebagai tukang parkir memang dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. padahal juru parkir merupakan profesi mulia. Banyak sekali pelajaran penting yang bisa kita petik dari mereka. juru parkir telah mengajarkan arti dan nilai kehidupan yang sesungguhnya kepada kita untuk senantiasa berperilaku rendah hati.
Perhatikanlah mereka, tidak pernah terlihat sedikitpun rasa somobong dan angkuh di guratan wajah mereka, betapapun banyaknya kendaraan yang berjejeran, mulai dari yang biasa, sampai kendaraan yang luar biasa mewahnya. meraka tetap santai dan bersahaja. semua ini tak lain karena mereka tahu bahwa apapun yang dimilikinya adalah tititipan orang lain yang hanya dalam hitungan jam saja akan diambil oleh si pemilik kendaraan.
Hidup kita ini sebenarnya tak ubahnya juga seperti tukang parkir. Apapun yang kita miliki adalah titipan dari Tuhan yang maha memiliki segala-galanya. ia dengan mudah diambil oleh si pemilik jika ia sudah berkehendak. Harta yang kita miliki bisa dengan sekejap hilang dan lenyap, jabatan yang kita miliki, jika tuhan berkehendak akan bisa lengser tanpa diperkirakan sama sekali, ketampanan dan kecantikan yang kita miliki dalam hitungan detik bisa menjadi sesuatu yang seram dan menakutkan, kekuatan fisik yang kita miliki, sewaktu-waktu bisa saja menjadi lemah tak berdaya. Lalu..kenapa kita mesti sombong, angkuh, ujub dan takabur hanya karena sedikit kelebihan yang kita miliki? Bukankah dengan sedikit kelebihan yang kita miliki itu justru semakin menjadikan kita semakin dekat dengan Nya?
Sedikit harta kekayaan yang kita miliki kenapa justru malah membuat kita bermegah-megahan dan berfoya-foya? Kenapa kita masih membiarkan saudara kita hidup dalam kelaparan saat kita sedang merasa kekenyangan yang bersangatan? Kita sering katakan bahwa apa yang kita miliki adalah hasil jerih payah kita yang tidak mungkin bisa diintervensi oleh orang lain. Mungkin kita tidak sadar bahwa dalam satu suap nasi yang kita nikmati saja justru terdapat hasil kerjasama dari berbagai pihak. Disana ada nasi, cabe dan lauk pauk. Dari manakah asal nasi itu? Pasti kita sepakat menjawabnya dari padi yang sudah menjadi beras. Akan tetapi percaya atau tidak, disana banyak campur tangan orang lain. Sebelum jadi beras tentu ia ditumbuk dulu, untuk menumbuknya butuh beberapa personil, dan ketika sampai di rumah tentu juga butuh kerjasama dari orang lain agar bisa sampai ke rumah. Kendaraan yang digunakan untuk mengantarkan beraspun perlu bahan bakar, bahan bakar itu berasal dari pabriknya, pabrik perlu karyawan untuk memproduksi BBM tersebut. Padi yang ditanam membutuhkan pekerja yang lumayan banyak. Mulai dari membajak, menanam, menyiangi sampai kepada tahapan pemanenannya. Padi juga butuh obat-obatan agar ia tunbuh dengan baik dan tidak diserang hama. Sekali lagi ini juga memerlukan peran orang lain bukan? Jadi, apa yang patut kita sombongkan dari harta yang namanya titipan ini?
Fisik yang kuat yang kita miliki ini juga titipan. Jika kita ditakdirkan memiliki fisik yang kuat, jadikan ia sebagai ladang amal bagi kita untuk membantu saudara kita yang lemah. Bukan justru malah menjadi ajang penindasan dan kesewenag-wenangan terhadap pihak yang tidak berdaya.
Banyak lagi kelebihan-kelebihan yang kita miliki yang mungkin tidak bisa disebutkan satu persatu. maka sudah selayaknyalah kita semakin menjadi pribadi rendah hati dan bersahaja seperti layaknya seorang tukang parkir. Sekali lagi, belajarlah dari lingkungan sekitar kita….banyak pelajaran luhur yang dapat kita petik dari mereka.
#ALAM TAKAMBANG JADI GURU (ALAM TERKEMBANG JADI GURU)